Bantul – Guru perlu memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang relevan dengan mata pelajarannya. Hal ini disampaikan Endang Lestari, Kepala TK PKK 36 Pajimatan Imogiri Selasa (17/10) di ruang kerjanya, saat menerima kunjungan tim pendamping sekolah penggerak dari BPMP DIY.
Menurut Endang, Belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar akan meredakan kebosanan siswa. Mereka akan berinteraksi dengan lingkungan dinamis yang berbeda dengan lingkungan kelas yang sempit dan terbatas.
Selain itu, belajar di luar kelas menurut Endang memberikan suasana berbeda dan mengasyikkan bagi siswa, hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. “Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, siswa dapat meningkatkan pengetahuan yang telah diperolehnya di kelas dengan melihat langsung prosesnya serta mempraktikkannya”, ujar Endang.
Program pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar di TK PKK 36 Pajimatan diberi nama Jelajah Lingkungan Sekitar (Jelita). Endang menjelaskan, di sekitar sekolahnya terdapat berbagai alternatif objek kunjungan untuk pembelajaran “Jelita” yang setiap bulan berlangsung 1 hingga 2 kali.
Home industri tempe yang berada tidak jauh dari sekolah pernah dikunjungi untuk belajar proses membuat tempe. Di tempat ini, para siswa dapat melihat langsung dan terlibat dalam proses pembuatan tempe.
Tempe yang dibuat melibatkan siswa TK kemudian dibawa ke sekolah, sehingga mereka dapat melihat proses perubahan yang terjadi dalam fermentasi tempe. Setelah menjadi tempe, anak diajak memasaknya menjadi beberapa menu olahan untuk dimakan bersama . Melalui aktivitas ini, siswa bisa memperoleh pengalaman langsung yang bermakna meningkatkan kompetensinya.
Sekolah yang terletak di kompleks Makam Raja Mataram Imogiri ini juga mengajak siswanya melakukan kunjungan belajar tema budaya. “Kebetulan di Makam Raja setiap Suro ada prosesi Nguras Enceh, maka siswa diajak ke lokasi dan diberikan penjelasan tradisi ini”, ujar Endang.
Endang menambahkan, beberapa sektor wirausaha local yang pernah dikunjungi dalam program “Jelita” antara lain pasar , bengkel bus, peyek tampah, wedang uwuh, dan jamu gendong warisan Mataram. Hal ini agar para siswa memahami berbagai macam jenis usaha, proses produksi, pemasaran, dan pengelolaannya.
“Polsek Imogiri juga pernah dikunjungi agar siswa memiliki wawasan profesi kepolisian dan tugasnya”, ujar Endang. Pihaknya juga pernah membawa siswa ke PKU Muhammadiyah Imogiri, sebagai pengenalan profesi tenaga medis dan fasilitas Kesehatan.
Kunjungan ke Museum Tani Java di Imogiri juga dilakukan agar para siswa paham dengan dunia pertanian sebagai generasi penerus sebuah negara agraris. “Bahkan tentang pertanian siswa pernah diajak ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Imogiri, di sana mereka praktik menanam, kemudian tanaman dibawa ke sekolah, dan anak diberi tanggung jawab merawatnya”, tandas Endang.
Dunia peternakan juga dikenalkan dengan mengunjungi kandang kelompok yang ada di Imogiri, Endang menjelaskan di sana para siswa melihat ternak sapi, kambing, dan angsa, serta praktik merawat dan memberi makan. Di samping gedung sekolah, juga ada pengrajin batik tulis asli Ibu Sarjuni, para siswa juga pernah diajak melihat proses produksi dan diberi kesempatan praktik membatik.
Kendati kegiatan ini dalam sebulan bisa dilakukan hingga 2 kali, namun sama sekali tidak memungut biaya dari wali murid, karena memanfaatkan BOS kinerja yang merupakan dukungan dari pemerintah kepada sekolah penggerak. Endang mengoptimalkan pemanfaatan BOS kinerja untuk kegiatan anak dan peningkatan kompetensi guru.
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, menurut Endang akan memperluas wawasan berfikir siswa tentang alam, sosial dan lingkungan sesungguhnya. Kompetensi siswa akan tercapai optimal dengan dukungan pemanfataan lingkungan alam, sosial dan budaya. (yudha/bpmp)