Semangat Meraih WBBM, LPMP DIY Studi Tiru ke Semarang

Setelah berhasil meraih predikat sebagai instansi ZI-WBK (Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi) pada tahun 2020, LPMP DIY berupaya meningkatkan kualitasnya menuju Wilayah Birokrasi yang Bersih Melayani (WBBM). Oleh karena itu pada tanggal 29 Desember 2021 LPMP DIY berkunjung ke LPMP Jawa Tengah guna melakukan studi tiru praktik baik inovasi layanan dan pengelolaan lembaga yang telah berpredikat WBBM.

Kunjungan ke LPMP Jawa Tengah diikuti 61 pegawai yang dipimpin oleh Kasubag Tata Usaha LPMP DIY Mustari, M.Si. Melalui studi tiru ke Semarang Mustari berharap dapat melihat praktik baik LPMP Jateng dalam inovasi model penjaminan mutu pendidikan yang telah dikembangkan dan dapat diterima oleh pemerintah daerah.

Selain itu, Mustari berharap kunjungan ke Semarang dapat menggugah semangat baru untuk melahirkan inovasi layanan dan pengelolaan instansi WBBM. Praktik baik lain yang perlu dipelajari dari LPMP Jawa Tengah menurut Mustari adalah keberhasilannya menjalin kemitraan dengan 36 pemda serta semua UPT Kemdikbud di Jawa Tengah. Menariknya saking dipercaya oleh pemda bahkan LPMP Jawa Tengah menjadi mitra dalam seleksi perangkat desa.

Kunjungan diterima oleh PLT Kepala LPMP Jawa Tengah Nugraheni Triastuti, M.Si didampingi Achmad Mudhofir, Widyaprada Utama, Harmanto, M.Si.. Nugraheni menjelaskan bahwa LPMP Jawa Tengah yang meraih ZI-WBK pada tahun 2017 berkesempatan diajukan sebagai kandidat lembaga yang WBBM pada tahun 2019. Kendati telah melakukan berbagai inovasi layanan dan tata kelola, namun ketika dievaluasi pada tahun 2019 belum berhasil meraih WBBM. Catatan Kemenpan saat itu pihaknya diminta kembali mereviu definisi kinerja lembaga, kemudian disarankan membangun inovasi yang mengacu kepada kinerja lembaga, serta melakukan monitoring atas implementasi inovasi layanan dan tata kelola lembaganya.

Strategi menuju WBBM

Nugraheni Triastuti menjelaskan bahwa LPMP Jawa Tengah akhirnya berhasil meraih WBBM di tahun 2020. Dalam evaluasi entitas WBBM harus dapat ditunjukkan adanya inovasi menonjol di 6 area perubahan. Inovasinya tentu harus sesuai dengan tugas dan fungsi utama lembaga. Harus dilihat kepentingan stakeholder utama yang dilayani, untuk merancang bangun sebuah inovasi yang sesuai dengan kaidah WBBM.

Keberhasilan sebuah inovasi layanan juga harus terukur dampaknya, antara lain target capaian indikator kinerja kegiatan terlampaui, seluruh pelangggan terlayani tanpa diskriminasi. Dampak selanjutnya implementasi inovasi harus menciptakan efisiensi anggaran serta memuaskan pelanggan. Perlu diperhatikan juga karena terkait tugas dan fungsi LPMP maka inovasi harus berdampak pada peningkatan mutu sekolah diukur dari capaian Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Inovasi layanan LPMP Jawa Tengah

Sebagai entitas WBBM, LPMP Jawa Tengah telah mengimplementasikan berbagai inovasi birokrasi melayani antara lain Qa Model, SPMI go, dan Simpadu Dikbud. Semua inovasi layanan bertujuan memberi kemudahan layanan kepada pelanggan utama maupun semua pihak yang memerlukan layanan LPMP Jawa Tengah.

Latar belakang membangun inovasi “Qa Model” karena realita di lapangan belum semua sekolah  menerapkan penjaminan mutu. Melalui inovasi ini stakeholder utama LPMP Jateng dapat merasakan benefit implementasinya. Sekolah-sekolah menjadi mudah dalam mencapai pemenuhan atau meningkatkan SNP, mempermudah dalam pengawasan penjaminan mutu di sekolah, serta pemerintah daerah terbantu untuk merancang kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Qa Model juga dinilai Kemenpan memenuhi syarat inovasi layanan yang berhasil karena diimplementasikan oleh instansi lain yaitu LPMP DKI Jakarta untuk melayani 5400 sekolah di ibukota.

Sementara itu inovasi “SMPI go” berawal dari latar belakang masih banyak sekolah yang belum memperoleh informasi guna implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Sebelum membangun “SPMI go” di Jawa Tengah yang terjangkau layanan LPMP hanya sekolah model dan sekolah imbasnya. Inovasi ini berhasil menembus batas diskriminasi sehingga semua sekolah di Jawa Tengah memperoleh akses informasi SPMI, mekanisme implementasinya, serta pemecahan masalahnya.

Nugraheni menambahkan bahwa publik pendidikan di Jawa Tengah menaruh ekspektasi tinggi kepada LPMP untuk membantu memecahkan banyak masalah yang seringkali tidak ada hubungannya dengan tugas dan fungsi utama LPMP. Masalah klasik misalnya sertifikasi guru, tunjangan guru, PAK Guru, sejatinya bukan tugas dan fungsi LPMP. Namun kehadiran LPMP di daerah merupakan tumpuan publik untuk memperoleh banyak informasi, tentu saja jika tidak terlayani akan mengecewakan dan berdampak pada nilai kepuasan pelanggan dalam survei Kemenpan.

Maka dikembangkan inovasi “Simpadu Dikbud” online yang dapat diakses publik 24 jam. Kendati semua LPMP di Indonesia telah mengoperasikan hal sejenis, namun inovasi “Simpadu Dikbud” LPMP Jawa Tengah dioperasikan bermitra dengan 36 pemda dan 8 UPT Kemdikbud se Jawa Tengah. Hal ini menjamin referensi informasinya lebih lengkap karena mendapat support dari semua lembaga mitra.

Inovasi tata kelola birokrasi

Mengenai inovasi tata kelola lembaga, LPMP Jawa Tengah mengoperasikan LENTERA (layanan elektronik terpadu). Penjelasan inovasi ini disampaikan oleh Achmad Mudhofir, berawal dari permasalahan koordinasi internal dalam mengawal dinamika aktivitas organisasi.

Menurut Mudhofir Lentera mendukung operasi organisasi LPMP Jawa Tengah untuk memudahkan dan mempercepat layanan internal dalam pelaksanaan kegiatan sehingga tercipta tatakelola lembaga yang akuntabel. Lentera merupakan sistem terpadu yang terdiri SIM Surat Tugas, SIM Pengajuan Cuti, Simaku Keuangan, dan SIM Inventarisasi BMN. Lentera merupakan inovasi yang berhasil karena banyak diadopsi berbagai satker pemerintah.

Kunjungan Kebudayaan

Selain berkunjung ke LPMP Jawa Tengah, Panitia Studi Tiru juga memprogramkan kegiatan kunjungan di berbagai objek referensi sejarah dan kebudayaan di seputar Semarang. Kunjungan ditujukan untuk memperkaya wawasan pegawai LPMP DIY mengenai sejarah kebudayaan nusantara. Harapannya makin banyak ide-ide kreatif pendidikan karakter yang dapat diterapkan di LPMP DIY, mengingat eksistensi lembaganya berada di Yogyakarta yang kuat karakter kebudayaannya.

Panitia berharap sepulang dari Semarang semakin terbangun kebersamaan di antara segenap elemen LPMP DIY, sehingga pada tahun 2022 semakin bersemangat berkontribusi dan saling bekerjasama mendukung seluruh program lembaga. (yudhakurniawan/lpmp)

Artikel Lain

Hari Guru Nasional 2024: Guru Hebat, Indonesia Kuat

Yogyakarta – Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) DIY memperingati Hari Guru Nasional pada Senin, (25/11/2024), …

Mendikdasmen: Para Guru Harus Memiliki Standar Pendidikan D4 dan S-1

KULONPROGO – Guru harus memiliki standar pendidikan D4 dan S-1. Demikian diungkapkan Menteri Pendidikan Dasar …