Bantul – Pengolahan sampah menjadi masalah yang belum terpecahkan di DIY. Produksi sampah di DIY tidak diimbangi kemampuan untuk mengolahnya, sehingga menimbulkan kondisi darurat sampah dengan ditandai penutupan sementara TPST Piyungan.
Sekolah diharapkan dapat menstimulasi kesadaran sejak dini untuk mengurangi, mengelola, dan memanfaatkan kembali sampah menjadi barang yang bermanfaat. SD Seropan, salah satu sekolah penggerak di Kapanewon Dlingo Bantul, melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berupaya membangun kesadaran melestarikan lingkungan sejak usia dini.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala SD Seropan Trimaryati, Senin (16/10) kepada tim dari BPMP DIY yang berkunjung melaksanakan pendampingan sekolah penggerak. Pada semester 1, sekolahnya mengambil tema gaya hidup berkelanjutan, dengan topik Cerdik Kelola Sampah Plastik dan Sampahku Tanggunganku.
“Kami memilih tema ini karena sering mendengar keluhan dari penjaga sekolah, dengan banyaknya sampah plastik berserakan di mana-mana”, ujar Trimaryati. Bahkan sekolah disinyalir menjadi pihak penyumbang terbesar sampah plastik di kawasan desanya.
Melalui kegiatan projek P5, sekolah mendorong Guru dan Siswa kelas IV mengelola sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi. Sedangkan Siswa kelas I, mengatasi sampah plastik dengan tanggung jawab membuat ecobrik.
Trimaryati menambahkan, pihaknya belajar mengelola sampah dari ahlinya. “Kami bekerja sama dengan Bank Sampah Kamulyan, Mergangsan, Yogyakarta dan Bank Sampah Gemah Ripah, Badegan, Bantul”, ujarnya.
Dari Bank Sampah Kamulyan, pihaknya belajar cara mengolah plastik menjadi barang bernilai ekonomi. Mulai dari sampah kantong plastik, bungkus kemasan makanan, minuman, sabun, kopi, gelas dan botol air kemasan air minum, kertas bekas, setelah diolah tangan – tangan terampil, dapat menjadi benda yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Selanjutnya, sisa sampah yang tidak dapat digunakan ditabung di Bank Sampah Gemah Ripah, sehingga dapat diuangkan. Projek yang dilaksanakan SD Seropan bersinergi dengan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah.
Menurut Trimaryati, projek yang dilaksanakan sekolahnya dapat mengurai benang kusut masalah sampah. Manfaat langsung yang tampak adalah lingkungan menjadi bersih, selain itu mengembangkan karakter anak sesuai dimensi Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bernalar Kritis, dan Bergotong Royong.
Sinergi dengan Projek P5 tersebut, SD Seropan juga melaksanakan program “Kantin Berbintang” dari BPOM DIY. Trimaryati membentuk Tim Keamanan Pangan Sekolah, kemudian mengadakan Sosialisasi Keamanan Pangan pada siswa, wali siswa, komite sekolah, dan pedagang.
Setelah memahami jajanan yang sehat dan aman untuk anak sekolah, SD Seropan melakukan MoU dengan para pedagang. Dalam MoU diatur bahwa para pedagang makanan dan minuman hanya diijinkan menjual hasil olahan sendiri. “Kami bahkan mengupayakan sertifikasi halal dari Kemenag dan No Ijin Berusaha (NIB) dari Disperindagkop untuk produk olahan para pedagang ini”, ujar Trimaryati.
Selain itu para pedagang tidak diperkenankan menjual makanan dan minuman kemasan. Para pedagang juga menyediakan wadah untuk menyajikan dan mengkonsumsi makanan dan minuman, mereka tidak boleh menyediakan plastik kemasan dan sedotan. Sekolah juga mengatur pedagang keliling hanya diperkenankan setelah pulang sekolah.
Untuk mendukung gerakan ini, sekolah bekerja sama dengan wali siswa agar membawakan bekal makanan dan minuman pada anak – anak. Agar tidak meninggalkan residu sampah, para wali siswa diminta menyediakan wadah makanan dan minuman anaknya.
SD Negeri Seropan juga melaksanakan Gerakan Pungut Sampah (GPS). Melalui gerakan ini, sampah dapat terkelola dengan baik. “Sampah organic kami jadikan kompos dan pupuk organik cair, sedangkan sampah anorganik bisa kami jual, kami tabung di Bank Sampah Gemah Ripah”, jelas Trimaryati. Dirinya bersyukur, pada tahun ini SD Negeri Seropan berhasil meraih peringkat ke-2 Sekolah Adiwiyata di Kabupaten Bantul. (yudha/bpmp)