Gunungkidul – Tantangan terbesar dalam pembelajaran adalah mengemas materi pembelajaran menjadi menarik, mudah, dan menyenangkan. Selain itu, yang terpenting adalah konsep ilmu yang disampaikan seorang guru dapat dipahami oleh murid-muridnya.
Maka di dalam pembelajaran, perlu diciptakan konsep pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga. Hal ini menjadi perhatian serius SD Negeri Jetis 2, salah satu sekolah penggerak di Kapanewon Saptosari Gunungkidul. Kepala SD Negeri Jetis 2 Saptosari, Mulyani, M.Pd mengungkapkan hal ini kepada tim dari BPMP DIY dalam kegiatan Pendampingan Sekolah Penggerak, Senin (9/10/2023) di ruang kerjanya.
Kegiatan Pendampingan Sekolah Penggerak, diselenggarakan BPMP DIY untuk memotret capaian sekolah penggerak dari aspek transformasi hasil belajar,lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, dan refleksi. Selain itu, pendampingan dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang capaian sekolah penggerak selain dari rapor Pendidikan.
Pemanfaatan alat peraga di sekolahnya, menurut Mulyani bertujuan untuk merangsang keaktifan murid dalam pembelajaran. “Pendekatan di sekolah kami berfokus kepada murid, dengan memanfaatkan alat peraga mereka didorong aktif dalam proses pembelajaran sehingga meningkat prestasi belajarnya”, tandas Mulyani.
Mulyani menambahkan, dari sisi guru penciptaan alat peraga menumbuhkan kebanggaan karena telah melahirkan piranti tepat guna untuk mendukung pembelajaran di kelas. “Guru juga akan terbantu untuk menjelaskan kepada muridnya dengan alat peraga kreasinya, sehingga konsep ilmu lebih mudah untuk dipahami”, ujar Mulyani.
Oleh karena itu, sebagai kepala sekolah Mulyani mendorong para gurunya untuk kreatif membuat alat peraga dan memanfaatkannya dalam pembelajaran. Hal senada diungkapkan Esti Sumarwanti, guru kelas IV SD Negeri Jetis 2. Kepada tim BPMP DIY, Esti menjelaskan bahwa dirinya bersama para murid telah membuat kreasi seni dari barang-barang bekas.
Menurut Esti, benda seni yang dibuat bersama para muridnya rupanya bermanfaat untuk menjelaskan konsep matematika bentuk-bentuk bidang datar. “Murid-murid saya menjadi paham dan selalu ingat konsep ilmu yang dipelajari, karena selain mereka memanfaatkan untuk belajar juga terlibat dalam proses membuat benda yang sisi-sisinya merupakan bentuk beraneka bidang datar,” kata Esti.
Anggara Wisnu Putra, guru kelas I yang langsung melayani murid yang baru mulai belajar membaca mensiasati dengan alat peraga Buku Kata Bergambar (Bu Kabar). Anggara memanfaatkannya untuk membantu murid dalam meningkatkan literasi membaca. Murid kelas I di sekolahnya merasa senang menggunakan Bu Kabar kreasi Pak Gurunya.
Mulyani yang tak lama lagi akan purna tugas sebagai PNS, mencoba menjadi penggerak system layanan Pendidikan di sekolahnya. Menjadi Kepala Sekolah, menurutnya harus sadar bahwa para gurunya perlu selalu berinovasi.
Bagi Mulyani, guru berprestasi tidak harus menjuarai lomba, namun harus bersemangat mengajar, mendidik dan melayani murid dengan ihlas. Bila hal ini terwujud, maka menjadi modal besar untuk menggairahkan proses inovasi secara alami dan penuh dinamika. (yudha/bpmp)