PENCAK SILAT SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

Foto tahun 1937 , kegiatan latihan pencak siswa taman siswa di serambi rumah Ki Hajar Dewantara Sumber: https://museumdewantara.omeka.net/items/show/3033

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam situs resminya menegaskan bahwa pencak silat adalah seni bela diri tradisional asli Indonesia. Pencak silat sudah ada dari zaman nenek moyang dan diturunkan dari generasi ke generasi hingga saat ini. Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari budidaya yang sudah turun temurun.

Hal ini bisa dilihat pada masa penjajahan Belanda, pencak silat sudah ada dan dipakai untuk melawan penjajah. Seni bela diri ini terus berkembang pesat dan terpelihara dengan baik di tengah masyarakat Indonesia. Bahkan pencak silat saat ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Sejarah pencak silat diajarkan di sekolah

Sejak awal kemerdekaan, Kementerian Pendidikan telah menaruh perhatian kepada pencak silat. Bahkan sebelumnya di zaman kolonial Belanda pun, Ki Hajar Dewantara telah memerintahkan kepada Mohammad Djoemali untuk mengajarkan pencak silat dalam kurikulum sekolah Tamansiwa, kendati hal ini dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Tercatat Tamansiswa adalah sekolah formal pertama di Indonesia yang memasukkan pencak silat dalam kurikulumnya, kemudian disusul oleh INS Kayu Tanam yang dikelola oleh Mohammad Syafei.

Selanjutnya Menteri PP dan K (sekarang Mendikbud) Ki Sarmidi Mangunsarkoro pada tahun 1949 memerintahkan Mohammad Djoemali untuk bersafari ke luar Jawa mempelajari dan mengiventarisasi khasanah ilmu pencak silat dari pelosok tanah air. Untuk keperluan pendidikan, selanjutnya pada tahun 1950 Mohammad Djoemali merumuskan materi gerakan-gerakan pencak silat untuk diajarkan di sekolah-sekolah. Kemudian secara resmi materi tersebut diserahkan kepada Menteri PP dan K Republik Indonesia Dr Bahder Djohan dan disyahkan untuk diterapkan di sekolah-sekolah.

Muatan pendidikan karakter

Demikian besar perhatian para Bapak Pendidikan Indonesia kepada pencak silat bukanlah tanpa alasan. Perhatian itu disebabkan karena Pencak silat dapat menjadi wahana pendidikan karakter. Hal-hal yang menjadi muatan pendidikan karakter dalam pencak silat meliputi aspek moralitas, aspek religius, dan aspek psikologis. Pencak silat dapat dijadikan sebagai wadah pendidikan karakter siswa, karena nilai-nilai positif di dalamnya mencakup 4 aspek meliputi pengembangan mental spiritual, pengembangan seni budaya, pengembangan bela diri, dan  pengembangan olahraga.

Selain dapat berprestasi dan memperoleh manfaat kebugaran, seorang anak yang belajar pencak silat ditanamkan nilai positif antara lain disiplin, cinta tanah air, iman dan taqwa, berjiwa kemanusiaan, saling menghormati, berbakti kepada orang tua dan guru, dan sebagainya. Dalam pencak silat juga ditanamkan nilai sportifitas sehingga menerima dengan baik apapun hasil pertandingan adalah sebuah kehormatan. Kejuaraan bukan sekedar meraih prestasi dan mengalahkan lawan, namun yang terpenting dapat menjalin persahabatan. Maka dalam pencak silat populer motto “lahir silat mencari kawan, bathin silat mencari tuhan”.

Sarana pemersatu bangsa

Ada fenomena menarik pada partai final Asian games di Jakarta, pencak silat menjadi alasan 2 tokoh nasional Joko Widodo dan Prabowo Subianto untuk berpelukan di tengah panasnya konstelasi politik nasional. Seketika itu pula medsos yang selalu penuh caci maki pendukung kedua tokoh atmosfirnya berubah lebih kondusif. Seluruh negeri kontan memuji pencak silat sebagai pemersatu bangsa, semua bangga Indonesia memiliki budaya asli pencak silat. Beladiri asli Indonesia ini spontan mendapat perhatian rakyat.

Pencak silat yang di masa lalu adalah alat perjuangan fisik melawan penjajah, hingga saat ini masih relevan sebagai alat pemersatu bangsa. Maka Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara sejak merintis Taman Siswa di zaman kolonial Belanda hingga menjadi Menteri PP dan K Republik Indonesia sangat menaruh ekspektasi tinggi kepada pencak silat dan dalam kebijakannya memberikan kesempatan untuk berkembang di sekolah-sekolah. Bagaimana dengan kita ? (Yudha Kurniawan/ LPMP DIY)

Artikel Lain

BPMP DIY Membangun Harmonisasi dan Kolaborasi dengan Dinas Dikpora Kulon Progo

Kulon Progo – Bertempat di Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Kulon Progo, …

BPMP DIY Mengikuti Musrenbang RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2025

Sleman – Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) aktif berpartisipasi dalam kegiatan …